Rabu, 08 Januari 2014

MEMPERSIAPKAN ANAK BERMENTAL LEADERPRENEURSHIP DENGAN MEMPERHATIKAN PERKEMBANGAN OTAKNYA

Adalah sangat penting mempunyai anak, siswa, atau generasi penerus yang superior sehingga yakin mampu menghadapi masa depan mereka sendiri. Mereka bisa berperan di jaman mereka , mampu menaklukkan tantangan yang muncul dijaman mereka. Untuk membuat anak dan siswa siswi kita mampu mengembangkan diri dan mempunyai kemampuan menghadang permasalahan hidup mereka sendiri di masa depan serta keluar jadi pemenang, sudah tiga tahun ini penulis tawarkan program leaderpreneurship untuk dijarkan pada generasi muda di Negara ini. Program ini menawarkan pengembangan diri bagi anak anak didik kita untuk mampu menghadang kerasnya persaingan di masadepan dengan kemampuan adaptasi yag tinggi terhadap perubahan jaman, kemampuan inovasi dan kreatifitas yang tinggi serta kemampuan memecahkan masalah yang superior, sehingga anak anak kita itu akan amampu membuat dirinya jadi pemenang dan bukan pecundang.


Pertanyaannya, sejak kapankah kita harus mulai mencetak anak anak kita ini bermental dan berkarakter leaderpreneorship? Ternyta kita bisa menciptakan anak anak superior ini sejak anak ini dilahirkan, yaitu dengan memperhatikan perkembangan diri dan perkembangan otaknya sejak dini.

Perkembangan Otak

Seperti yang kita pahami selama selama ini bahwa kita berfikir dengan otak, dan itu artinya semua kemampuan kita akan berasal dari otak. Dengan demikian tidaklah mengada ada kalau langkah pertama menciptakan generasi superior haruslah dengan meningkatkan kemampuan otaknya. Untuk bisa meningkatkan kemampuan otak kita dan otak anak anak kita, sudah selayaknya yang pertama kali kita harus lakukan adalah mengenali otak kita dan bagaiamana bekerjanya, agar mudah bagi kita untuk berusaha mengembangkannya.
Menurut para ahli, seluruh proses berfikir dan proses belajar manusia dimulai dari pengunaan sel saraf otak yang disebut neuron. Neuron inilah yang membawa informasi informasi dari satu bagian otak yang satu ke bagian otak yang lain, maupun dari satu bagian tubuh kita ke otak dan sebaliknya. Informasi informasi yang dibawa neuron neuron itulah yang memungkinkan kita bisa berfikir dengan baik dan benar.
Sel sel saraf ini ternyata sudah dibentuk dalam kepala kita sejak kita dalam kandungan di 30 hari pertama ibu kita hamil. Neuron neuron itu berkembang sejak saat itu dengan kecepatan pembentukan 250.000 neuron atau sel saraf per menit dan akan menghasilkan kurang lebih 100 milyar sel saraf otak alias neuron saat kita pertama sekali menghirup udara di muka bumi ini.
Bentuk bentuk sel saraf ini seperti pohon yang memepunyai akar dan dahan. Akar akar sel saraf itu disebut dendrite yang mempunyai tugas mengumpulkan informasi atau rangsangan dari tubuh, maka akar akar sel saraf ini akan terhubung dengan otot otot, kelenjar dan organ tubuh yang lain untuk menangkap sinyal yang akan diolah di dalam otak kita. Informasi dan sinyal yang ditangkap dendrite akan dikirim melalui batang sel saraf yang disebut akson ke cabang cabang sel saraf kita. Dari cabang cabang sel saraf ini informasi tadi diteruskan ke sel saraf sel saraf yang lain, seperti sales MLM.
Namun satu hal yang perlu dicatat, cabang dari sel saraf kita tidak terhubung sama sekali dengan akar sel saraf yang lain, oleh karena itu untuk bisa disalurkan informasi informasi itu dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain, informasi itu harus melompat melalui celah diantara satu sel saraf dengan sel saraf yang lain. Celah antar sel  inilah yang oleh para ahli disebut sebagi sinapsis. Informasi informasi ini pindah dari satu sel saraf ke sel saraf yang lain dengan meloncat melalui sebuah penghantar pesan kimia yang disebut neurotransmitter. Sinapsis sinapsis yang jadi bagian penting untuk transmisi informasi dan kemampuan berfikir ini akan dimiliki secara penuh untuk keperluan berfikir, berbuat, bertindaak apa saja untuk sepanjang hidup kita pada sat kita berumur satu tahun. Namun sayangnya sinapsis sinapsis ini akan mulai menghilang dan berkurang terus sejak umur tiga tahun. Apa yang membuat sinapsis sinapsis ini menghilang? Ternyta karean tidak digunakan. Artinya semua manusia itu terlahir pintar, kalau pada masa dewasanya anda bodoh berarti waktu kecil anda membiarkan banyak sinapsis anda hilang tak digunakan.

Bagaimana mengembangkan diri yang benar?

Sebetulnya uraian diatas sudah sangat jelas. Bahwa sinapsis sinapsis kita akan menghilang kalau tidak kita gunakan. Semakin banyak sinapsis yang hilang tentu akan semakin banyak kemampuan dan ketrapilan kita yang hilang. Agar ini tidak terjadi, yang harus kita lakukan adalah membiasakan kita sendiri, anak anak kita untuk menggunakan sinapsis itu dengan maksimal.  Sinapsis sinapsis ini akan semakin kuat dan menebal kalau kita mengulang ulang apa yag kita lakukan. Missal saja waktu masih kecil kita berlatih badminton, maka informasi tentang gerakan gerakan yang diperlukan untuk bermain badminton itu akan makin membentuk sinapsis yang makin kuat dan makin banyak, dan oleh karena itu kemampuan badminton mereka akan semakin baik. Itu terjadi kalau orang ini rajin berlatih badminton, tetapi kalau orang ini berhenti latihan maka sinapsis sinapsi tentang gerakan badminton ini akan sedikit demi sdikit mati dan menghilang lagi. Begitu juga dengan kemapuan berfikir, semakin kita sering belajar dan berfikir maka otak akan semain banyak menyediakan sinapsis untuk keperluan itu. Karakter kitapun akan ditentukan seberapa banyak jenis sinapasis yang kita bangun. Kalau kita membiasakan berlaku sopan santun, maka otak kita akan menyediakan sinasis kuat dan banyak bagi tingkah laku sopan santun kita, dan sebagainya. Begitulah kira kira cara bekerjanya otak dan sinapsisnya dalam mendukung kemampuan berfikir dan ketrampilan kita. Dan itu artinya kita bisa memebentuk dan membangun anak anak kita , siswa siswa kita untuk jadi seperti apa, yaitu dengan cara memperkuat dan memeprbanyak penggunaan sinapsis sinapsis yang tersedia di dalam otak kita.

Dengan demikian jelaslah bagi kita,  kalau kita menginginkan anak kita dan siswa siswa kita memiliki karakter leadership dan kemampuan entrepreneurship yang baik, maka kita harus mendidiknya agar melakukan dan mengerti sikap sikap yang tepat untuk jadi pemimpin dan wirausahawan. Kemudian kita wajib  mengulang ulang didikan kita itu agar menjadi kebiasaan yang dilakuakn setiap hari, sehingga sinapsis leaderpreneurship itu makin kuat dan makin menebal di dalam otak anak anak dan siswa siswa kita. Semoga berguna. 

Rabu, 11 Desember 2013

Pengajaran Bahasa Inggris: Bisakah orang yang tidak bisa berenang mengajar berenang?

Sudah beberapa bulan ternyata saya tak menambah tulisan baru pada blog ini, sidang pembaca setiap hari cuma saya sugguhi tulisan lama saja, untuk itu saya selaku penulis blog ini mohon dimaafkan sebesar besarnya.
Saat ini saya berniat untuk menulis lagi untuk siding pembaca yg sudi bertamu diblog sederhana ini. Untuk memulai menulis saya tidak bermaksud untuk menulis hal hal yg spektakuler atau hal hal yang besar, rumit dan perlu pemikiran berat, topic ringan saya kira cukup baik untuk memulai budaya menulis lagi. Saat ini tepatnya saya hanya ingin curhat ketimbang ingin menulis artikel. Dengan harapan walaupun ini cuma sekedar curhatan tapi saya berharap semoga jadi pemikiran kita bersama, orang orang yg memeprhatikan dan terlibat dalam proses pendidikan di tanah air kita.
Pada beberapa waktu yang lalu saya sudah sampaikan bahwa sekolah sekolah di Indonesia masih sering menempatkan orang yang salah sebagai guru Bahasa Inggris. Kesalahan memilih guru ini menjadikan jarang ada sekolah yang memiliki guru bahasa Inggris yang kompetensinya cukup sebagai seorang pendidik.  Hal ini bisa kita ketahui dari penelitian  Chodidjah (2000),pelatih dari British Council yang melaporkan bahwa dari hasil penelitiannya di dapati bahwa di daerah DKI hanya 20% guru Bahasa Inggris yang benar-benar layak sebagai guru. Hal ini sudah saya sampaikan di tulisan saya diblog ini dengan judul Menyoal Ketidaktepatan Manajemen Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Kita. Di artikel ini sudah saya sampaikan bahwa kesalahn penulisan guru yg berkualifikasi rendah akan berakibat pada tidak tuntasnya tujuan pendidikan dan itu artinya akan memperbesar prosentasi kegagalan pendidikan dan pengajaran kita.
Terkait dengan hal ini, saya jadi teringat ucapan Pak Jaitun HS, pemilik dan pendiri Universitas Budi luhur, Jakarta. Pada sat itu beliau bertanya apakah mungkin orang yang tidak bisa renang mengajar renang. Pertanyaan ini ditujukan pada para dosennya dilingkungan Universitas Budi Luhur agar mau meningkatkan qualitas diri. Pertanyaan itu sederhana memang, tapi mak jleb nusuk ke hati bagi yg tidak berkualitas tapi jadi pengajar. Dan bagi kita pengguna hasil pendidikan, orangtua siswa tentu juga akan tersadar bahwa sangat penting untuk mencari guru yang berkualitas bagi anak anaknya untuk mendapatkan keyakinan bahwa si ank akan mendapatkan pendidikan yg tepat.
Nah hari ini saya mendapatkan bukti dari apa yang dikatakan kedua tokoh di atas. Saya sebagai orangtua sangat terperanjat mendapati ada soal ujian bahasa inggris yang dikeluarkan sebuah UPTD penuh dengan kesalahan. Dari sekitar 35 soal ujian ada puluhan kesalahan yang dibuat. Saya sangat yakin kalau soal soal ujian bahasa inggris ini bukan saja dibuat oleh satu orang guru bahasa inggris, tapi sudah pasti dibuat oleh sekumpulan guru bahasa inggris satu kecamatan. Setelah soal jadipun pasti sudah direvisi oleh coordinator pembuatan soal UPTD atau orang yg sederjat dengan itu, namun kenapa kesalahan masih sangat banyak kita temui di soal ujian tersebut. Bukan bermaksud sok tahu, sok hebat, pamer kebisaan. Namun kesalhan soal bisa membawa keslahan pada pengisian soal. Siswa yang seharusnya pintar bisa malah jadi salah mengerjakan. Atau ada beda persepsi antar siswa dan guru yang mengkoreksi sehingga yang seharsunya jawabnasiswa juga benar jadi disalahkan. Kesalhan kesalhan seperti ini akan membawa dapak tidak baik bagi siswa. Selain dampak psikologis juga berdampak makin tidak pahamnya siswa terhadap pelajarn bahasa inggris itu sendiri. Persis seperti kata Pak Jaitun bagaimana orang tidak bisa berenang diharapakan jadi guru renang, bukannya muridnya jadi juara renang tapi malah keblebeg dan mati.
Biar saya tidak dibilang mengada ada saya coba berikan contoh beberapa keslahan yang ada seperti di foto foto dibawah ini;

coba kita perhatikan dari bacaan dalam bahasa inggris di atas. kesalahan yang paling mudah ditunjuk adalah kalimat ke empat dari paragrap ke dua. kalimat itu seharusnya she is explaining about... karna kalimat itu dalam bentuk present continuous tense, tapi faktanya di bacaan itu kaliamat itu ditulis she explaining... belum kesalhan diksi atau pemilihan kata dalam kalimat seperti kata "studies" di kalimat  kedua, paragrap pertama, yang akan lebih baik kalau kita katakan 'she goes to an elementary school". juga kata 'learning" pada kalimat pertama paragrap kedua yang sepertinya akan lebih enak kalau diganti dengan 'studying". lihat juga pertanyaan pertama 'what is dina?" sejak kapan ada manusia ditanyakan dengan kata "what"? bagaimana dengan pertanyaan ke 4? ada dua "is" dalam pertanyaan tersebut. sedang bentuk present continuous yang seharusnya digambarkan dengan menambah akhiran -ing pada kata kerjanya tidak dilakukan. pertanyaan itu seharusnya "what is she explaining about?' dan tentu bukan "what is she explain is about?" seperti soal diatas bukan?

lihat pertanyaan nomer delapan untuk gambar kedua ini. soal ini sama sekali tidak ada jawabannya. kalimat itu membutuhkan kata kerja untuk melengkapinya, tapi pilihannya semua kata benda. baru sampai soal nomer 8 saja keslahan sudah segitu banyak. bisa dibayangkan berapa banyak kesalahan kalau kita lihat sampai soal no.35? dan memang kesalahan betebaran dalam soal yang dikeluarkan sebuah UPTD di Kota dekat Jakarta ini, cuma akan terlalu banyak kalau saya foto satu persatu bukan?

Kenyataan ini menurut saya sangat tragis; bagaimana orang orang yang tidak paham bahasa inggris harus mengajar bahasa inggris dan membuat soal ujian untuk menentukan kemampuan siswa dalam berbahasa inggris? Pendidikan yang model seperti apakah yang sebetulnya kita rancang dan kita berikan pada anak anak kita ini? Semoga hal ini cepat jadi perhatian pemerintah agar siswa mendapat pendidikan bahasa inggris yang baik serta ke adilan dalam penilaian kemampuan mereka berbahasa inggris. Jangan sampai ada anak yg pintar ternilai buruk gara gara soalnya yg salah dan guru yang mengkoreksi hasil ujiannya tidak punya kemampuan di bidang ajarnya.


Senin, 13 Mei 2013

PERLUNYA MENDIDIK ORANGTUA SISWA.



Judul tulisan saya ini mungkin sedikit terasa provokatif, saya merasa bahwa sudah saatnya gagasan ini saya lempar untuk saya sharing-kan pada siding pembaca semuanya. Di muka bumi ini sepertinya tak ada satu orangtuapun yang tidak ingin melihat anaknya sukses. Terkait dengan pendidikan tentu tak ada satu orangtuapun yang menginginkan anaknya gagal dalam belajar untuk memperoleh pendidikan yang baik. Mereka rela banting tulang ibarat kaki dipakai kepala dan kepala dipakai kaki agar mampu membiayai sekolah anak anaknya.
Begitu juga guru, sebagai orang tua kedua, tak satupun guru dimuka bumi ini yang menginginkan siswa siswinya gagal belajar, baik belajar ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi masa depan siswa siswa tersebut maupun belajar sopan santun, etika dan tingkah laku yang baik sehingga siswa siswa itu berhasil jadi manusia yang matang dan Nampak beradap.  Dari paparan saya ini sebetulnya tak terbantahkan lagi bahwa kedua belah pihak orangtua siswa ini (baik orangtua asli yang dirumah, maupn orangtua disekolah, guru) mempunyai tujuan mulia yang sama, menjadikan anak anak mereka manusia yang terdidik dan terpelajar.  Secara teoritis dua orang atau dua kelompok orang yang mempunyai tujuan yang sama seharusnya dengan gampang dipersatukan untuk bahu membahu bekerjasama menggapai tujuan bersama.
Namun anehnya hal itu tidak berlaku di dunia pendidikan. Walau orangtua dan guru mempunya visi, misi dan tujuan yang sama terhadap anak anak mereka. Dua kelompok orangtua siswa ini sulit sekali dipersatukan. Di seluruh dunia, terlebih lebih di Indonesia, sekolah selalu punyaa keluhan dan kesulitan mengumpulkan orangtua untuk memebicarakan soal pendidikan anak anak mereka. Orangtua sebagian besar akan menghindari dan menolak dating kalau sekolah mengundang mereka dalam rapat orangtua siswa, rapat undangan pembentukan komite, seminar pendidikan dan ahkan banyak orangtua yang menolak atau tidak mau datng untuk ambil raport/ laporan hasil belajar anaknya di sekolah. Orangtua jaman sekarang akan ke sekolah hanya kalau anaknya laporan kalau mereka ‘dizolimi” atau tidak mendapat perlakuan yang baik dari teman, guru, atau karyawan atau civitas akademika lain disekolah. Orangtua akan enteng melangkahkan kaki ke sekolah hanya kalau ingin marah, ngomelin guru atau kepala sekolah.  Seperti yang saya tulis diatas, kalau ada urusan penting tentang pendidikan, rapat, seminar, konferensi dengan siswa, pameran karya siswa, assembly dan yang lainnya, mereka enggan untuk pergi ke sekolah.
Tentu tidak semua guru atau sekolah menyerah akan kondisi seperti ini.  Buku harian siswa atau ada yang menyebut buku jurnal siswa adalah contoh kreatifitas sekolah untuk melibatkan orangtua dalam pendidikan. Buku macam ini muncul tentunya dikarenakan sulitnya engundang orangtua ke sekolah. Ada juga sekolah yang bermodal cukup sampai mebuat newsletter, atau majalah sekolah tujuannya sama untuk menyampaikan pesan kemajuan pendidikan dan melibatkan orang tua dalam upaya pendidikan anak anak mereka. Namun saying disayang kedua benda hasil kreatifitas sekolah itupun jangankn dibaca disentuh oleh orangtua juga tidak. Bahkan surat undangn rapat yang dititip ke siswa banyak yang tidak diperhatikan oleh orangtua atau wali siswa.  Tentu hal ini tidak sesuai dengan harapan mereka bahwa anaknya harus sukses dibangku sekolah. Inilah anomaly pendidikan kita. Aneh bukan?
Banyak factor yang menyebabkan orangtua tidak terlalu hirau akan ajakan sekolah memikirkan pendidikan anaknya ini; factor factor seperti latar belaakang pendidikan orangtua, kesibukan oratua dengan pekerjaaanya, anggapan bahwa orangtua itu cukup mengeluarkan uang dan pendidikan adalh urusan sekolah, kemampuan sekolah mengkomunikasikan tujuan pendidikan sekolah sampai ketakutan orangtua ditagih uang SPP yang belum dibayarkan. Apapun alasan ketidakpedulian orangtua akan undangan sekolah untuk membicarakan ttg pendidikan  anaknya ataupun menunjukkan hasil belajar anak dan siswa mereka, tentu tidak boleh dibiarkan berlarut larut karena hal ini akan memperlemah strategi pendidikan yang digelar sekolah, memperlebar kesenjangan persepsi orangtua dan sekolah akan tujuan dan keberhasilan pendidikan bagi anak anak mereka, menjadikan sekolah tumpuan kesalahan dan kegagalan pendidikan, menjadikan guru dan kepala sekolah tempat menumpahkan amarah orangtua yang anak anaknya gagal terdidik dengan baik, dan ujung akhirnya semua itu akan memperlemah daya sekolah menggapai tujuan luhur pendidikan bagi semua siswanya.
Sekilas terpikir oleh penulis ternyata kita masih perlu mendidik orangtua siswa. Menambah wawasan orangtua akan arti penting, proses  serta arti penting peran orangtua dalam pendidikan sangat perlu dilakukan agar tumbuh kesadaran dan  makin besarnya peran orangtua dalam proses pendidikan. Kalau kesadaran dan peran orangtua dalam pendidikan bisa bertumbuh dan berkembang, maka bisa diharapkan pendidikan bagi putra putrid bangsa ini bisa makin sempurna karena siswa benar benar bisa mengalami belajar di semua lini pendidikan; seperti yang kita yakini bahwa pembelajaran itu terjadi di tiga tempat; di sekolah, di rumah dan di masyarakat. Proses belajar siswa di ketiga tempat ini benar benar bisa efektif terlaksana kalau kesadaran masyarakat (orangtua siswa) benar benar telah terbagun sempurna.
Kementrian pendidikan yang memegang 20% anggaran Negara untuk pendidikan, mungkin satu satunya institusi yang mampu merancang dan melaksanakan pendidikan bagi orangtua ini. Semoga berguna.

Rabu, 08 Mei 2013

3C untuk guru super


Di dalam dunia pendidikan, guru adalah ujung tombak yang sangat menentukan apakah sekolah akan mampu menjalankan misi sesuai dgn visinya dan meraih tujuan sekolah yang telah digariskan sebelumnya. Tanpa harus mengecilkan fungsi dan peran dari warga sekolah lain, memang peran dan fungsi guru sangatlah dominan di dunia pendidikan. Guru bukan saja yang menentukan mutu atau tidaknya sekolah, tapi guru jugalah yang menentukan berhasil atau tidaknya pemasaran sekolah, karena guru pulalah yang sebetulnya mengemban fungsi “public relation: sekolah hal ini terkait dengan fakta bahwa gurulah yang lebih sering menghadapi orangtua siswa.

Mengingat begitu besarnya peran dan fungsi guru dalam penyelenggaraan sekolah, ada baiknya sekolah sangat selektif untuk menetapkan dan menseleksi calon guru yang akan diajak bergabung dan bekerja di sekolah. Salah memilih team pengajar ini, sekolah bisa terombang ambing atau bahkan hancur berantakan tidak dipercaya masyarakat, sementara untuk memecat seluruh guru yang ada juga tidaklah mudah karena pemecatan terkait dgn undang undang ketenagakerjaan dan selain itu mencari guru pengganti yg bermutu dalam waktu yang singkat juga tidak mungkin. Selain itu pemecatan guru secara serempak semuanya” bedol desa” juga akan menundang Tanya di dalam masyarakat yang bisa juga berdampak pada ketidakpercayaan public terhadap sekolah. Ujungnya salah memilih guru bisa membuat sekolah ‘macet” kemajuan sekolah masih jauh dan tidak ada jaminan bisa terwujud, sementara sekolah dipenuhi orang orang yang tidak bermutu tapi sekolah tidak bisa lagi berbuat banyak.

Oelh karena itu sekolah harus berhati hati dalam memilih sekolah dan calon gurupun harus meyakinkan diri bahwa dia benr benar punya kwalifikasi yang cukup untuk pekerjaan itu. Untuk mudahnya agar sekolah mampu menseleksi guru yang tepat dan calon guru bisa mempersiapkan diri dengan baik, dalam tulisan saya ini saya akan sampaikan tiga (3) syarat minimum seorang guru. Yaitu:

– Competence

Tentu saja kompetensi administrative bahwa seorang guru haruslah seorang sarjana itu penting, namun seorang sarjana dengan latar pendidikan sesuai dengan mata pelajaran yang akan diampupun tidaklah cukup.  Kita harus ingat lagi guru adalah saka guru, pilar utama tegaknya sekolah oleh karena itu kwalifikasi lain selain kemampuan intelektualnya masih banyak yang harus dipenuhi seorang guru.  Guru adalah manager kelas oleh karena itu kemampuan managerial juga harus dimiliki, kemampuan komunikasi, kemampuan leadership, kemampuan membaut perencanaan, kemampuan negosiasi dan kemampuan kehumasan sangatlah penting untuk dimiliki seorang guru. Selain itu seorang guru haruslah memiliki karakter khusus seperti berwibawa, tegas, ramah dan bertanggungjawab, serta suka menolong dalam artian guru harsu siap memebantu tamu sekolah untuk mendapatkan apa yang mereka harapkan dengan dating ke sekolah. Guru yang cuek bebek terhadap tamu sekolah cepat atau lambat Cuma akan menghancurkan sekolah. Oleh karean itu kompetensi guru adalah satu hal yang wajib diperhatikan sekolah maupun guru itu sendiri. Kwajiban sekolah untuk selalu meng-up grade kemampuan guru gurunya dan memeperhatiakn dengan seksama karakter guru gurunya, benahi bila menemukan karakter  yang tidak tepat secepatnya jangan menunggu jadi borok sekolah yang berkepanjangan. Dari pihak guru, juga harus sadar diri bahwa dunia ini selalu berubah dan kompetensi baru selalu dibutuhkan di sekolah, dengan begitu guru harus terus menerus belajar agar selalu up to date dengan kondisi kekinian.

– Commitment

Yang tak kalah penting dari kompetensi guru, mereka juga harus punya komitment yang kuat dalam menjalni profesinya. Komitmen yang kuat sebagai landasan bekerja bukan saja akan memberi energy pada seorang guru dalam menjalankan tugasnya mengajar dan mendidik siswanya, tapi juga akan menjadi jaminan bahwa guru ini tidak akan melupakan tanggungjawabnya.  Lebih jauh lagi apabila seorang guru mempunyai komitmen yang kuat pada tugasnya, mereka juga punya komitmen yang kuat untuk memejukan sekolah, mereka tidak akan segan segaan turun angan mengerjakan semua hal yang diperlukan bahwkan lembur pulang sampai pagi demi kemajuan sekolah. Mereka sadar sekali kalau maju mundurnya sekolah tergantung pada kerja mereka. Dan besar kecilnya gaji yang akan diterima akan sangat bergantung maju mundurnya sekolah. Kesadaran ini akan membuat mereka bekerja total, tidak sedikit sedikit bertanya tentang nominal yang akan diterima kalau mengerjakan ini dan itu.

– Contribution
Yah kontribusi adalah C terakhir pada tulisan ini. Guru yang berkwalitas dengan kompetensi yang cukup dan memiliki komitmen yang kuat biasanya akan menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan sekolah. Merekalah kekuatan pendobrak kebuntuan dan pendorong kemajuan. Nah bapak ibu guru yang terhormat dimanapun anda berada di dunia ini. Kalau bapak dan ibu ingin tahu sudah layak atau belum anda sebagai guru sekolah lihatlah, telisiklah lagi apakah anda suddah punya kontribusi untuk kemajuan sekolah? Kalau belum..segeralah berbenah diri karenaa anda belum layak jadi guru. Atau mundurlah dan carilah kerjaan yang lain, kasihhan teman anda yang ingin maju dan terganjal sikap anda. Siapa tahu begitu anda mundur jadi guru sekolah itu bisa maju dan teman teman anda guru yang memiliki 3C itu bisa menikmati hasil jerihpayahnya dengan mendapatkan gaji yang besar karena sekolahnya maju..

Jumat, 26 April 2013

Tujuan yang akan dicapai program leaderpreneurship dalam pengembangan sekolah




Seperti yang berulang kali saya sampaikan pendidikan sudah seharusnya diarahkan pada penciptaan sumberdaya manusia yang bukan saja intar secara intelektualitas tapi juga mampu mengantisipasi dan beradaptasi dengan perkembangan jaman sehingga mereka sanggup menghadapi dan mencari solusi atas permasalahan hidup mereka sendiri dimasa masa mendatang. Itu artinya pendidikan tradisional klasikal yang masih jadi dasar pendidikan di Indonesia ini harus segera di akhiri. Kalau tidak selamanya pelajar kita akan terjebak pada cara pengajaran yang menekankan pada hafalan dan pemahaman sempit sebagai buah dari focus pengajaran yang hanya berkutat pada stimulasi berfikir tingkat rendah.
Pendekatan pengajaran tradisonal ini tak akan lebih dari menghasilkan lulusan yang berfikiran sempit dengan kepribadian yang mentah karena memang belum ada upaya untuk membangun karakternya. Hal ini sangat terlihat sewaktu selesai Ujian nasional beberapa hari yang lalu, selesai ujian nasioanal hari terakhir mereka sudah mulai konvoi sepeda motor dengan baju dan rambut yang dicat. Namapak sekali pelajar pelajar kita tak dewasa dan tidak punya kepribadian. Meraka masih belum punya pegangan dan belum mengenal jati dirinya. Pendidikan tradisional kita telah terbukti mandul. Hal ini bias kita pahami karena memang pelajar pelajar ini selama ini kita perlakukan seperti alat perekam, guru berbbicara menerangkan siswa disusruh merekam dan menghapalkan. Mereka kita perlakukan seperti mesin tanpa jiwa. Akibatnya bias ditebak, mereka menjadi lulusan yang tak terkembangkan dengan baik. Character mereka masih mentah dan cenderung liar tak punya idealisme dan bahkan tak ada pegangan hidup bahkan tokoh panutanpun mereka belum bias memilih dengan baik.
Program leaderpreneurship dibuat bukan untuk menentukan apa yang akan diajarkan tapi lebih berkutat pada bagaimana kita mengajarkannya sehingga pelajr kita mamapu menyerap kemampuan berfikir tingkat tinggi dan sekaligus mengembangkan kepribadian dan karakter mereka. Program ini telah dirancang secar sistematis dengan memeperhatikan, pengembangan otak kiri dan otak kanan secar berimbang, mengacu pada taxonomi bloom, berlandaskan juga tiga unsure pendidikan yang masih diakui sampai sekarang; kognitif, afektif dan psikomotorik, sesuai juga dengan multiple intelligences ala gardner. Dan sudah pasti berkesesuaian dengan  empat pilar pendidikan yang dianut UNESCO: Learning to know, Learning to do, Learning to be, Learning to live together.
Namun begitu tulisan ini tak penulis maksudkan untuk membahas itu semua ataupun salah satu dari itu. Dengan tulisan ini, penulis hanya ingin mencoba berbagi tentang tujuan yang akan dicapai dengan program leaderpreneurship ini, yang kebetulan bisa kita bagi menjadi beberpa hal berikut:

1.    Menciptakan kondisi dan lingkungan pendidikan dan pengajaran dan pembelajaran yang efektif, aman dan nyaman. Hal pertama yang harus diperhatikan sekolah adalah menciptakan kondisi pengajaran dan pembelajaran yang efektif. Hal ini sangat penting diperhatikan, karena system pendidikan yang ada sekarang telah terbukti gagal dalam menggapai misinya untuk menciptakan sumberdaya manusia yang tangguh untuk masadepan bangsa dan Negara. Lulusan sekolah kita, adalah lulusan cengeng, berkarakter mentah dan masih sangat bergantung pada orang lain untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu efektifitas pengajaran dan pembelajaran harus jadi prioritas utama sekolah untuk dibenahi. Selain pengembangan metode dan pendekatan pengajaran yang tepat factor keamanan fisik dan kenyamanan psikis pelajar juga harus mendapat jaminan dari sekolah, kalau ingin menelurkan lulusan lulusan SDM yang super.
2.    Menjadikan sekolah sebagai organisasi yang belajar (learning organization). Kita harus meyakini bahwa kwalitas individu akan berpengaruh pada kwalitas organisasi. Kehebatan seorang guru akan berimbas pada kemampuan organisasi sekolah dalam mempertahankan eksistensinya di dalam masyarakat. Kalau seorang guru yang hebat saja akan berpengaruh , apalagi kalau ada dua, tiga, empat atau bagaimana kalau semua anggota organisasi  adalah kumpulan orang hebat? Tentu saja oragnisasinya juga akan jadi organisasi yang hebat, oleh karena itu sangat lah perlu kita semua terus belajar meningkatkan kwalifikasi diri agar mampu mendukung perkembangan organisasi. Kalau semua orang dalam organisasi menyadari itu dan semua mulai belajar meningkatkan diri, maka organisasi itu akan menjadi organisasi yang belajar, karena perubahan paradigm organisasi akan cepat terjadi kalau organisasi itu berisi orang orang nan hebat dan pintar.
3.    Mengembangan karakter siswa. Kenapa sekolah wajib terfokus pada pengembangan karakter siswa? Diyakini oleh banyak ahli pendidikan bahwa kemampuan intelektualitas hanya memberi “golden ticket’ pada kesuksesan seseorang. Artinya intelektulitas tidak banyak berpengaruh pada kesuksesan sesorang. Intelektulitas digambarkan hanya memebri sumbangan tak lebih 15% dari kesuksesan, selebihnya kesuksesan sesorang banyak ditentukan oleh karakter dan kepribadian orang itu. Hal ini sebetulnya telah menjawab kenapa orang lulusan Sd atau SMP jadi BOSS tapi yang lulusan S3 bisa dipekerjakan oaring yang Cuma lulus SD. Semua bersumber jadi karakter. Bahkan sekedar untuk mencari kerja, kita ini akan diseleksi pertama tama berdasarkan karakter kita oleh manager sumberdaya manusia perusahaan tempat kita melamar kerja. Itulah kenapa pengembangan karakter adalah hal yang penting diperhatikan sekolah, jadi jangan terpaku pada pengembngan intelektulitas terus, apalagi pengembangan intelektulitas Cuma sekedar suruh menghafal. Itu lebih kacau lagi…hal ini akan lebih efektif kalau jadi keputusan politis kementrian pendidikan. Kementrian pendidikan jangan Cuma pintar bikin UN yang ga penting, tapi kurang cerdas mengembangkan karakter peserta didik yang sangat penting ini.
4.    Meningkatkan kwalitas lulusan dengan pengembangan ketrampilan hidup yang dibutuhkan di masa depan. Ketrampilan hidup jangan dipersempit pada ketrampilan kriya, sehingga kementrian pendidikan tergopoh gopoh mau menjejalakan ketrampilan kriya sebagi pelajaran di kurikulum baru 2013. Ketrampilan kriya membantu memnag tapi sangat tidak banyak. Hari ini banyak manusia punya ketrampilan kriya yang luar biasa tapi tetap miskin, karena mereka tidak punya ketrampilan hidup yang sesungguhnya. Ketrampilan hidup yang sesungguhnya adalah ketrampilan manusia berbaur dan berkomunikasi dengan oranglain serta kemampuan inovasi dan kreatifitas yang didorong ketrampilan berwirausaha dan kemampuan jadi pemimpin. Itulah ketrampilan hidup yangsesungguhnya. Dan itulah kenapa program ini kita sebut sebagaiprogram leaderpreneurship.
5.    Mengembangkan kreatifitas dan inovasi sebagai antisipasi menghadapi ekonomi kreatif di masa depan. Dijaman dimana sumberdaya alam sudah makin menipis dan di lain pihak terjadi perkembangan tehnologi yang luarbiasa pesat akan membuat manusia kehilangan kesempatan kerja karena industry akan menyusut krn kurangnya sumberdaya alam yang akan diolah dan andai masih ada industry mereka akan memperkerjakan robot dan bukan manusia. Untuk menghadapi masa itu pelaajar kita harus dibekali dengan kemampuan inovasi dan kreatifitas yang tinggi, karena mereka akan hidup di jaman ekonomi kreatif.
6.    Mendorong berkembangnya jiwa dan pola pikir kewirausahaan (entrepreneurship). Ah yang ini terkait dech dengan hal hal yang saya sampaikan diatas. Tidak usah saya jelaskan lagi yah? Udah pegel nich tangan. Maklum penulis mengetik dengan 11 jari.
7.    Mengembangkan peserta didik menjadi pemimpin di masa depan. Menjadikan para pelajar menjadi pemimpin dimasadepan haruslah jadi komitmen kita pengelola sekolah. Tinggalkan paradikma lama yang mengatakan sekolah akan menciptakan tenaga kerja siap pakai. Tahukan arti siap pakai? Artinya kita menciptakan buruh. Dan itu terbukti lulusan sekolah kita Cuma mampu jadi TKI dan TKW. Oelh karena itu kita harus merubah paradigm ini. Kalau ada dorongan dari otoritas Negara paradigm ini akan lebih mudah dirubah saya kira. Program leaderpreneurship sudah mencoba mengantisipasi ini dengan strategi penanaman jiwa kepemimpinan pada anak didik.
8.    Menciptakan hubungan dan ikatan yang kuat antar anggota di dalam organisasi sekolah. Hubungan yang solid, kuat, utuh saling menghargai dan merasa saling membutuhkan perlu dibina di sekolah kalau ingin menjadi organisasi yang tangguh dan maju menjadi organisasi atau sekolah panutan oleh sekolah yang lain, karena hanya dengan ikatan dan kerjasam yang kuat semua kibajak sekolah bias dilakukan dengan baik.
9.    Menciptakan hubungan kerjasama saling menguntungkan dengan stakeholders yang lain. Sekolah perlu juga menjaga hubungan dengan stakeholders Karen sekolah tidak bias hidup sendiri. Sekolah perlu dukungan, dorongan dan bahkan partisipasi pihaklain untuk bias tetap ada dan berkiprah ditengah masyarakatnya.
Hal ahal itulah yang akan jadi pusat perhatian dan pengembangan bila sekolah menerapkan program leaderpreneuship ini. Semoga berguna dan bermanfaat bagi siding pembaca….

Pendidikan Abad 21 Wajib Mendorong Siswa Untuk Melek Informasi.

  Sudah berulang kali penulis sampaikan bahwa pendidikan di abad 21 haruslah bersifat berbagi informasi, tidak lagi bersifat penyuapan inf...